Sejak Djohar Arifin memimpin Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), timnas berisikan pemain dari klub-klub yang tergabung dalam Indonesia Premier League (IPL).
PSSI tidak mau mengambil pemain dari klub yang ada di Indonesia Super League (ISL), kompetisi sepak bola yang sudah ada sejak Nurdin Halid berkuasa.
Alasan PSSI tidak mau pemain dari klub ISL karena kompetisi sepak bola yang dianggap sah hanya IPL. Padahal, IPL boleh dibilang kompetisi sepak bola 'dadakan'.
IPL dibentuk untuk menandingi ISL dan baru berlangsung dua musim. Selain itu, di IPL, klub-klub yang tergabung tidak melalui tahapan. Tidak ada divisi pertama atau kedua sebelum memasuki divisi utama.
Sedangkan di ISL, setiap klub harus berjuang dari bawah alias dari divisi paling bawah untuk bisa masuk ke divisi utama. Kualitas pemain bisa dibilang lebih mumpumi karena ketatnya persaingan.
Terbukti, timnas kalah telak 0-10 dari Bahrain dalam Pra Piala Dunia di National Staidum Manama, Bahrain, Rabu (29/2/2012) malam. Kekalahan ini merupakan rekor. Pada 3 September 1974, Indonesia kalah 0-9 dari Denmark di Kopenhagen.
Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng mengimbau PSSI juga mengakui ISL. Sebab, banyak sekali pemain berkualitas di sana sehingga timnas bisa bersaing di turnamen-turnam
"Solusinya adlah rekonsiliasi. PSSI mengakui ISL dan ISL mengakui PSSI sebagai induk organisasi sepak bola di Indonesia," ucapnya, Jakarta, Kamis (1/3/2012).